Selasa, 02 Oktober 2018

HATI KANNA

https://www.facebook.com/tania.limanto2/media_set?set=a.1824599530992916&type=3

https://www.facebook.com/tania.limanto2


KENANGAN KANNA (1). 

Kanna. Sejenak aku terdiam menatap nama itu di berkas yang ada di hadapanku. Ada fotonya di berkas yang sedang kupegang itu. Pemilik merek batik terkenal untuk kaum wanita. Namanya direkomendasikan oleh seorang teman untuk kuajak bekerja sama membangun sebuah merek baru dengan sistem penjualan online berbasis aplikasi. 

Kanna. Perempuan pemilik hatiku. Jika kau tanyakan apakah cinta sejati itu ada, maka bisa kukatakan dengan jelas dan tegas, bahwa cinta sejati itu ada. Cintaku pada Kanna. Hanya saja, takdir tak bisa mempersatukan kami. Ah, mengapa salahkan takdir? Aku menggelengkan kepalaku, mengusir pikiran itu. Bukan takdir yang memisahkan kami, tapi ego dan kekeraskepalaan kami berdua, membuat kebersamaan kami seperti di dalam neraka. 

Aku menekan nomor telepon yang tertera di atas berkas itu. Sebuah suara menyapa, “Hallo…” 

Ah. Sudah 5 tahun berlalu. Tapi hatiku masih saja melonjak mendengar suaranya. “Ibu Kanna?” tanyaku.

“Iya, saya sendiri.” 

“Saya Alex,” kataku. Menunggu reaksinya. “Alex Purnama,” lanjutku. Tak terdengar suara di ujung sana. Aku tiba2 panik, takut dia mematikan teleponku. “Kanna, saya mau mengajukan kerja sama denganmu untuk membangun brand baru produk tekstil nusantara, khususnya batik,” lanjutku cepat. 

Diam yang terlalu lama, sebelum kudengar suaranya, “Kapan dan di mana kau mau bertemu denganku?”

Ah. Senyum lebar menghiasi wajahku. Dia mau menemuiku. “Aku akan ke kantormu Senin depan, jam 10 pagi. Bisa?” tanyaku.

“Ya,” jawabnya singkat. 

“Terima kasih,” kataku, lalu menutup teleponnya. Melayangkan sebuah ciuman di atas layar kaca yang menggelap di hadapanku. Bertingkah seperti anak abege yang baru mengenal cinta. Duh. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna
KANNAYA (2).

“Saya Alex,” suara di seberang sana membuatku tercekat. Alex? Ah. Tidak mungkin dia…

“Alex Purnama,” lanjut suara itu.

Deg. Jantungku tiba-tiba berhenti berdetak selama beberapa detik. Hatiku melonjak dan berdarah pada saat yang sama. Ternyata memang dia. Sudah 5 tahun lebih kami tak berkomunikasi. Terakhir saat aku menghadiri pesta pernikahannya dengan perempuan bernama Yunita Sari. 

“Kanna, saya mau menjalin kerja sama denganmu untuk membangun brand baru produk tekstil nusantara, khususnya batik,” Suara Alex terdengar lagi. 

Ah ya. Jangan GR, Kanna. Dia tidak mencarimu karena merindukanmu. Dia mencarimu karena pekerjaan. Aku mengingatkan diriku sendiri. Pakai helm-mu, Kanna. 

“Kapan dan di mana kau mau bertemu denganku?” Akhirnya aku mampu mengeluarkan kata tanya dari bibirku setelah bersusah payah menahan nada suaraku agar terdengar tenang.

“Aku akan ke kantormu Senin depan, jam 10 pagi. Bisa?” tanya Alex.

“Ya,” jawabku singkat. Tapi jantungku masih melompat-lompat. Ah. Cinta, masihkah kau tinggal di dalam hatiku sana, di tempat tersudut yang kukubur dalam-dalam selama 5 tahun ini? Cinta yang kulepaskan, karena kebersamaan yang terlalu menyakitkan, tetapi memilih tetap setia tanpa mengikat?

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

HATI KANNA (3).

Lima tahun lalu, Alex menikahi Yunita Sari. Yunita adalah kekasih dari Tio, abang Alex. 

Dua bulan menjelang tanggal pernikahan, abang Alex, Tio, meninggal sewaktu sedang melakukan pendakian ke gunung di Italia. Tio tertimpa salju longsor, dan dia mengalami hipotermia. Akhirnya dia meninggal setelah menjalani perawatan beberapa hari di Rumah Sakit setempat.

Ketika Tio meninggal, keluarga mereka baru diberitahu bahwa saat itu Yunita dalam keadaan hamil.. Karena berpikir semua persiapan pernikahan sudah selesai dilakukan, maka Yunita dan Tio tidak berusaha untuk mencegah kehamilan lagi. Mereka sudah pacaran selama 4 tahun lebih. 

Dalam keadaan seperti itu, Alex mengajukan diri sebagai pengganti Abangnya, menikahi Yunita Sari. Dia merasa, dia harus mengambil alih tanggung jawab abangnya yang sudah meninggal. 

Aku sakit hati. Pertengkaran hebat terjadi pada saat itu. Argumen demi argumen aku lontarkan untuk mencegah pernikahan itu terjadi. Aku menangis. Tapi aku bisa apa terhadap Alex dengan tumpuan nama keluarga yang kini diletakkan di atas pundaknya?

Aku datang ke pernikahannya. Kemudian, melangkah pergi dari hidupnya. Menghapus semua jejak kebersamaan kami. Melanjutkan langkah, diam2 membawa cintaku sendiri. Menghilang dari kehidupannya. 

Kami adalah dua kutub yang selalu beradu prinsip saat bersama. Dan kini kami dipertemukan kembali setelah 5 tahun berlalu. 

Move on, Kanna. Lupakan Alex. Nuraniku mengingatkan diriku, sepanjang malam. Tapi hatiku menangis diam2, tak rela kehilangan (lagi). 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

PERTEMUAN (4).

Sebelum pukul 10.00 Alex sudah tiba di kantorku. Aku menatapnya dari CCTV yang ada di ruanganku saat dia berjalan memasuki gedung. 

Masih sama. Dia sedikit bertambah gemuk dibandingkan 5 tahun yang lalu. Tapi itu malah membuat dia terlihat lebih keren di mataku.

Aku membuka pintu ketika ruanganku diketuk dari luar, dan Alex menatapku dengan senyum lebar. Mengulurkan tangannya dan menjabat tanganku. Kupersilakan dia duduk di depan mejaku, dan memesan secangkir kopi untuknya.

“Kanna...” 

“Ya?”

“Aku tak menyangka bisa menemuimu dalam keadaan seperti ini,” ucapnya sambil melayangkan pandangan ke sekelilingnya, tak menyembunyikan kekagumannya. 

“Mungkin aku harus berterima kasih padamu, Alex...” ucapku pelan.

Dia mengernyitkan alisnya. Masih sama. “Karena bekerja menjadi satu2nya caraku untuk melupakan lukaku waktu itu,” lanjutku pelan.

Alex terdiam. “Kau masih membenciku karena keputusanku itu?” Alex menatapku dengan matanya yang coklat mocca. 

Aku tersenyum. “Bagaimana kabar Yunita?” tanyaku, tak menjawab pertanyaannya.

“Baik,” jawabnya singkat. 

Aku diam. Ada banyak sekali hal yang ingin kutanyakan padanya. Tapi aku menahan diriku. Terlalu pribadi. Sedang kini, dia bukan siapa-siapaku.

Alex, masihkah kau mencintaiku? Aku menghela nafasku, kemudian menghembuskannya pelan2. “Mau melihat2 pabrik tempat produksi Batik Kalexia?” tanyaku. 

Alex menatapku. Lalu mengangguk.

Masih sama. Hatiku padanya, masih sama.

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

KALEXIA (5).

Batik Kalexia? Tiba2 saja aku tersadar waktu mendengar nama itu terucap dari bibir Kanna. Selama ini aku tidak tau pemilik batik Kalexia sehingga tidak pernah memikirkan apapun tentang nama itu.

Tapi sekarang... KALEXIA. Aku mengulangi nama itu di dalam hatiku. Apakah aku GR jika merasa nama itu adalah gabungan dari nama Kanna dan Alex?

Tatapanku menyapu ruangan kantor Kanna. Mencari foto2 di dinding yang bisa memberiku informasi tentang dirinya. Ada beberapa foto dirinya dengan beberapa selebriti dan tokoh masyarakat di sana. Tapi hanya itu.

“Mau melihat pabrik tempat produksi Batik Kalexia?” tanya Kanna.

Aku mengangguk. Berdiri dan berjalan di belakangnya. Menuju pintu. Lalu entah apa yang menggerakkan hatiku, tanganku meraih tangan Kanna, lalu menariknya ke pelukanku. 

Tubuhnya membeku sejenak, lalu berusaha melepaskan dirinya.

“Maaf, Kanna. Sebentar saja, ijinkan aku memelukmu,” bisikku pelan. “Maafkan aku,” ucapku di telinganya. 

Jika Kalexia adalah gabungan dari nama Kanna dan Alex, apakah berlebihan jika aku merasa bahwa Kanna masih mencintaiku hingga saat ini? Kukira tidak berlebihan. Aku yakin, bahwa Kanna masih mencintaiku sampai saat ini. Dan tubuhnya yang terdiam dalam pelukku, membenarkan semua pikiranku. 

Masih ada cinta di sana.
Sama. Dengan hatiku.

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

RAHASIA KANNA (6).

“Kamu harus kasi tahu Alex tentang hal ini, Kanna!!!” Suara Emak meninggi, naik 2 oktaf. 

“Kamu jangan bikin malu keluarga, jangan mencoreng aib di muka Emak dan Bapakmu!” Kali ini terdengar suara Bapak.

Aku diam membeku. Tak bergeming. Hatiku mati. Kepalaku batu.

“Kannaya!” Suara Emak kembali terdengar. Kali ini nadanya turun setengah oktaf. Mungkin karena dia tau kalau suara keras tak mempan masuk ke dalam telingaku.

“Kami sekolahkan kau tinggi2 supaya kau jadi pintar, bukan malah keminter kayak gini, Kanna. Bagaimana bisa kau biarkan Alex menikahi kekasih abangnya yang hamil sedangkan kau juga...” Bapak mendengus marah. 

“Kami ngak pernah mengajari anak perempuan keluarga Widura jadi perempuan murahan, Kanna. Kau tahu, aib seperti apa yang harus kita hadapi jika berita ini tersebar?!” Emak menengahi suara Bapak. “Mengapa kau begitu keras kepala, Kanna? Jika kau terus terang pada Alex, Mak yakin Alex akan menikahimu, dan bukan malah menikahi kekasih abangnya yang hamil itu!”

“Jangan katakan apa2 pada Alex, Mak. Aku akan menggugurkan anak ini...” Aku mengangkat wajahku. Menatap mata Emak dan Bapak. Membulatkan tekad. Jika Alex berkorban untuk menyelamatkan nama baik keluarganya, maka aku pun akan melakukan hal yang sama, berkorban untuk menyelamatkan nama baik keluargaku.

Aku akan menggugurkan anak ini. Janin yang masih entah perempuan atau laki2, yang kupanggil: Kalexia. 

Alex tak perlu tau apapun tentang ini. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

YUNITA SARI (7).

Tiga hari sebelum pernikahanku, perempuan itu datang menemuiku. Ibu Kannaya. Pacar Alex.

“Alex adalah pacar Kanna. Dan Kanna saat ini sedang mengandung anak Alex. Ibu mohon agar kamu mau membatalkan pernikahanmu dengan Alex. Karena Kanna akan pergi menggugurkan kandungannya di Singapura, setelah pernikahan kalian...” Mata perempuan itu berkaca-kaca. Dia menangis.

Tapi aku tidak percaya pada kata2nya. Tidak ada kebetulan yang sekebetulan itu kan? Lagipula jika benar pun, Kanna sudah punya solusinya, dia akan menggugurkan kandungannya. Sedang aku, tak bisa menggugurkan kandunganku. Aku tak mau. Anak ini adalah satu2nya kenangan dari Tio. 

Tapi aku juga tak mau melahirkan anak ini sebagai anak haram. Anak ini harus punya Bapak. Dia adalah pewaris tahta keluarga Purnama. Dan dia harus menjadi pewaris yang sah. Karena dia anak kandung dari Tio Purnama. 

Aku menatap mata perempuan itu. Tiba2 aku takut dia akan datang kepada Alex dan memberitahukan Alex tentang keadaan Kanna. Kalau itu terjadi, Alex pasti akan memilih menikahi Kanna daripada aku...

“Ibu, saya sudah kehilangan calon suamiku, ayah anak ini... Saya tidak sanggup jika harus membatalkan pernikahan saya dan Alex, lalu menanggung malu, dan melahirkan seorang anak haram tanpa ayah... Jika itu terjadi, saya akan memilih mati saja bersama ayah anak ini, Ibu... Lebih baik saya ikut mati bersama anak ini menyusul Tio...” Aku mengusap air mataku. Air mata ini tulus. Karena aku sungguh sangat mencintai Tio. Tapi demi anak di dalam kandunganku, aku harus memaksa Alex untuk menikahiku. Aku lemah. Aku tak sekuat Kanna. Aku akan memilih mati bersama bayi dalam kandunganku ini, jika Alex menolak menikahiku...

Ibu Kanna terdiam. Menatapku dengan pandangan matanya yang teduh. Kemudian dia memelukku. Erat dan lama. Sebelum akhirnya beliau pamit dan pergi meninggalkanku sendiri. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna
 ALEX-KU (8).

Aku kaget sekali ketika Alex menarikku ke dalam pelukannya. Akal sehatku memerintahkanku untuk berontak, tapi hatiku menyerah dalam dekapannya.

Aku cinta. Ya Tuhan, aku hanya bisa mencintai lelaki ini. Aku sudah pernah pergi membawa ego, kemarahan dan keangkuhanku. Aku sudah pernah membunuh rasa cinta yang ada padaku dengan tikaman berulang kali. Tapi hari ini, aku tak ingin lagi menutupi perasaanku. Aku tak ingin lagi mendatarkan ekspresiku dan berlalu. Aku tak ingin lagi membohongi diriku.

Aku tau apa yang akan mereka katakan padaku. Aku tau kalau Alex sudah punya Yunita. Aku tau bahwa cintaku ini akan membuatku dicaci maki sebagai perempuan bodoh yang tak mampu mengemas rasanya sendiri.

Tapi aku tak peduli.

Takdir mempertemukan kami di sini. Tuhan merestui pertemuan kami. Bukan aku yang datang kepadanya. Aku sudah melarikan diri begitu jauh darinya, membawa luka dan air mataku sendirian. Lima tahun hidup dengan kebodohanku melepaskan dan membunuh cintaku sendiri.

Air mataku jatuh. Dalam dekapannya kali ini, aku ingin menjadi Kanna yang bodoh, karena tak mampu move on. 

Bukankah seharusnya sejak awal, Alex adalah milikku? Yunita datang dan kemudian merebutnya dariku. Dan kini, jika hati kami masih sama, akan kuambil kembali Alex-ku. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

JANGAN CERAIKAN AKU (9).

Aku menatap Bella yang sedang bermain bersama ibunya. Anak itu sudah hampir berumur 5 tahun. Anak yang sehat dan lincah. Anak Tio. Aku mencintainya seperti anakku sendiri. Tapi… Aku tak bisa mencintai ibunya. 

“Aku bertemu dengan Kanna hari ini, Ta,” ujarku membuka percakapan dengan Yunita.
Yunita menatapku diam, lama. 

“Dan aku masih mencintainya, Ta…” Aku menatapnya kembali. “Lima tahun yang lalu, kamu begitu depresi dan rapuh, patah dan hancur berkeping setelah mendengar berita kematian Abangku. Kamu mencoba membunuh dirimu dengan meminum obat tidur over dosis, dan mogok makan dan minum. Saat itu aku akhirnya menyetujui untuk menikah denganmu, untuk menyelamatkan Bella. Tapi hatiku, tak juga jatuh padamu selama 5 tahun ini… Maafkan aku, Ta.”

“Alex,” Yunita membuka suaranya. “Aku sudah melakukan apapun yang kubisa agar kau bisa mencintaiku. Sangat tidak adil bagiku jika saat ini kau menceraikan aku, padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun, bukan?”

“Jangan bercerai, Alex. Lihatlah Bella. Bagaimana nanti hidupnya tanpa seorang ayah? Dia begitu menyayangimu… Jika kau tak mampu mencintaiku, aku rela jika kau memilih hidup bersama Kanna. Tapi jangan bercerai dariku. Aku bisa tutup mata pada perselingkuhanmu. Aku bisa abaikan. Bahkan jika kau mau menikahi dia di bawah tangan pun, aku bisa menerimanya. Aku mohon, Alex, jangan menceraikanku…” 

Aku kehilangan kata. Lima tahun yang lalu aku memandangnya sebagai seorang perempuan rapuh dan tergerak untuk melindunginya, demi anak Tio yang ada di dalam kandungannya. Perempuan ini tidak mencintaiku, tetapi dia juga tak mungkin akan melepaskanku begitu saja… Tawaran yang dia berikan padaku, sungguh di luar nalarku. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

PELAKOR (10).

“Aku bertemu dengan Kanna hari ini, Ta,” Alex mengucapkan kalimat itu di depanku. Setelah 5 tahun, hari ini kembali dia menyebut nama itu. Nama yang kutahu tak pernah hilang dari dalam hatinya. Dan kini, perempuan itu datang kembali untuk merusak pernikahanku.

Pemilik Batik Kalexia, kata Alex kemarin pagi padaku. Aku searching di google dan menemukan alamatnya. Dan di sinilah aku sekarang. Menunggunya di depan ruangannya, karena dia sedang berkeliling melihat pabrik, kata sekretarisnya tadi padaku. 

Sudah lebih setengah jam ketika aku melihat perempuan itu berjalan ke arahku. Aku berdiri dari tempat dudukku, menunggunya tiba di hadapanku. Sekretarisnya sudah mengabari dia kalau aku sedang menunggunya di sini. 

“Hallo…” Kanna menyapaku. 
PLAK!! “Perempuan murahan perebut suami orang!” kataku dengan geram, melayangkan sebuah tamparan ke pipinya. Saat ini posisiku adalah istri sah. Dan dia adalah pelakor. Dia pantas malu karena telah merayu suami orang. Suamiku. 

Kanna terdiam kaget, sekretarisnya berlari mendekat. Kanna mengangkat wajahnya, menatapku tajam, lalu berkata pada sekretarisnya: “Tolong panggilkan Satpam, Ning. Antar ibu ini keluar dari kantor ini, dan lain kali jangan pernah ijinkan dia masuk lagi ke tempat ini.” 

Kanna meraih pegangan pintu ruangannya, membuka dan kemudian masuk ke dalam, meninggalkan aku di luar. Aku menerobos masuk. 

“Apa yang kau inginkan dari Alex, Kanna? Kau sudah begini sukses. Kau tak butuh status dan tak butuh hartanya. Mengapa kau tak bisa mencari pria lain yang masih lajang? Mengapa kau harus merebut ayah dari anakku?”

Satpam tiba di ruangan itu, dan mengangguk padaku, “Ibu, mari kuantar keluar,” katanya. 
Aku menatap Kanna. Dia membalas tatapanku, tanpa jawaban. 

“Perempuan murahan!” Kulontarkan kalimat itu sebelum tubuhku didorong keluar dengan halus oleh Pak Satpam. Biar saja. Biar semua orang tahu, betapa murahannya bos mereka. Biar semua karyawannya tau, siapa Kanna yang sebenarnya!

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna
 APALO (11).

“Perempuan murahan,” kata Yunita Sari kepadaku, sebelum dia berbalik pergi meninggalkan ruanganku, diantar oleh Pak Satpam. 

Seumur hidup baru kali ini ada perempuan yang berani melayangkan telapak tangannya di pipiku. Seumur hidup baru kali ini ada perempuan yang berani menyebutku sebagai perempuan murahan. Dan aku akan memastikan dia akan menyesali perbuatannya kali ini kepadaku, seumur hidupnya. 

Rekaman CCTV di ruang sekretaris menunjukkan dengan jelas ketika dia melayangkan tangannya. Itu juga sebabnya mengapa aku tidak membalas menamparnya pada saat itu. Sikapnya yang menerobos masuk ke ruanganku juga terekam dengan jelas. Dan kalimatnya, yang menyebutku sebagai perempuan murahan, kupastikan akan dia sesali seumur hidupnya. 

Awalnya aku mengasihani dirinya yang lemah tak berdaya. Yang depresi karena kematian orang yang paling dia cintai, Tio, abangnya Alex. Awalnya aku merasa bersalah padanya, karena tak bisa melupakan dan meninggalkan cintaku pada Alex. Alex yang memilih menikahinya, demi menyelamatkan anak abangnya, tanpa menyadari bahwa dia telah membunuh anak kandungnya sendiri dengan mengambil keputusan itu. 

Alex itu pria yang keras kepala. Dan dia selalu tegas dalam mengambil keputusan. Walau itu berarti harus mengorbankan dirinya dan juga diriku. Dia orang yang realistis. Hidupnya juga lurus2 saja. Pikiranku dan semua perasaanku, sering kali dinilai terlalu rumit bagi dirinya. 

Jika saat itu aku datang pada Alex, dan mengatakan padanya bahwa aku mengandung anaknya, aku yakin dia tak akan menikahi Yunita Sari. Tapi aku tak ingin melakukan itu. Terlalu kejam bagi Yunita Sari… Dan bayi dalam kandungannya, adalah satu2nya anak Tio, satu2nya garis keturunan Tio. Anak itu (mungkin) lebih berharga daripada anak Alex yang saat itu ada dalam rahimku… 

Lima tahun aku pergi dari kehidupan Alex. Kukira 5 tahun itu sudah cukup bagiku untuk hidup dalam kebodohanku, meninggalkan bahagiaku, demi bahagia orang lain. Saat ini Kanna bukan Kanna 5 tahun yang lalu lagi. 

Terima kasih telah menamparku tadi, Yunita Sari. Kau memberiku alasan untuk menyayat kulitmu dan menikmati setiap detik kesakitanmu.

Emang ndak ada laki2 lain di dunia ini, Kanna? Mungkin kau akan bertanya begitu padaku. Maka ini jawabku: Laki2 lain di dunia ini banyak. Tapi hatiku hanya mau Alex seorang. Apalo.

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

POLIGAMI (12).
Pagi ini Alex datang ke kantorku, untuk mematangkan rencana kerja sama antara perusahaannya dan Batik Kalexia. Rencananya jika semua bisa kelar hari ini, kami akan pergi ke notaris untuk membuat surat perjanjian kerja sama yang terikat secara hukum. Alex juga berniat untuk membeli sebagian saham dari CV. Batik Kalexia, dan menawarkan opsi agar mengubah status CV menjadi PT, dan kami berdua akan menjadi pemegang sahamnya.
Dua cangkir kopi Arabica kesukaan Alex terhidang di meja ruang tamu di ruangan kantorku. Kupesan lewat gojek.
“Kukira semua sudah cukup jelas ya, Kanna. Kita bisa ke notaris untuk minta dibuatkan akte kerja samanya,” kata Alex sambil membereskan semua dokumen yang berserakan di meja.
“Alex, sebelum kita pergi, ada yang mau kuperlihatkan padamu…” kataku, menahan tubuhnya yang bangkit berdiri, agar duduk kembali. Aku meraih remote TV, dan menyalakan TV yang ada di depan kami. “Kemarin Yunita Sari, istrimu, datang ke sini,” aku menunjuk ke arah TV yang menayangkan rekaman CCTV kemarin.
Alex terdiam menonton adegan sekitar 5 menit yang kubuka di sana, saat aku melangkah masuk dan Yunita berdiri lalu menamparku dan kemudian ikut mendesak masuk ke ruanganku.
“Ya Tuhan…” Akhirnya Alex bersuara setelah rekaman itu berhenti. Tangannya bergerak menyentuh pipi kiriku. Lembut, mengelus. “Sakitkah, Kanna?” tanyanya pelan. Aku diam. Akhirnya bersuara, “Sakit sekali Alex, bukan hanya di sini,” aku menumpangkan tanganku ke atas punggung tangannya yang masih di pipiku, menggenggamnya dan kemudian membawanya ke dadaku, “tapi terutama di sini, Alex,” lanjutku. Alex meraihku ke dalam pelukannya dan mencium ubun2 kepalaku.
“Maafkan aku, Kanna… Kemarin memang aku menceritakan tentang pertemuan kita pada Yunita, dan juga tentang hatiku, yang masih untukmu. Dulu aku meninggalkanmu demi Bella yang tak berdaya di dalam rahimnya, amanat terakhir dari Tio, dan menyakitimu. Tapi aku hanya bisa mencintaimu, Kanna. Apa kau percaya padaku?” tanyanya. Aku mengangguk di dadanya. Mengangguk kuat2, agar dia tau jawabanku. Aku tau bahwa dia mencintaiku, dan aku pun mencintainya dengan kadar yang sama.
“Karena itu, aku berniat bercerai dengan Yunita. Tapi dia mengajukan penawaran lain untukku, Kanna…” Alex melepaskanku dari peluknya, agar matanya bisa menatapku, “Dia mengijinkan aku untuk berpoligami…”

KISS ME (13).

“Dia mengijinkan aku untuk berpoligami…” kata Alex pelan.

“Dan kau… Diam saja mendengar aku direndahkan seperti itu?” tanyaku geram.

“Tentu tidak, Kanna.”

“Kau anggap aku sehina itu, Alex?” tanyaku lagi, emosi. 

“Tidak, Kanna. Tidak. Dengarkan aku dulu,” Alex meraih tanganku dan menggenggamnya. “Aku bukan pria yang mampu bersikap adil terhadap dua orang wanita. Aku tak mungkin memenuhi syarat yang ditetapkan oleh nabi untuk berpoligami. Dan aku pun, tak akan pernah menempatkan dirimu sebagai yang ke-2, Kanna. Tenanglah dulu…” 

“Lalu untuk apa kau menawarkan opsi itu padaku?” sergahku kesal. Aku menepiskan genggaman tangannya. Yunita Sari menawarkan pada Alex untuk menjadikanku sebagai madu?? Cari mati kau, Yunita Sari. Emang lo pikir lo siapa?!

“Aku hanya ingin bilang, kalau tawaran Yunita itu, membuatku yakin dan sadar, kalau dia tak mencintaiku. Dia hanya takut kehilangan semua fasilitas yang saat ini ada padanya sebagai istriku… Dan dengan kedatangannya ke tempat ini dan apa yang dia lakukan padamu kemarin, aku semakin yakin kalau dia adalah tipe orang yang akan melakukan segala cara untuk mempertahankan miliknya…” 

“Aku terhina, Alex. Dari semua yang dilakukan oleh Yunita padaku, kata2nya ini yang paling membuatku terhina,” aku menggertakkan rahangku, menahan amarah. 

“Serendah itukah aku Alex, karena mencintaimu, yang adalah suaminya? Apa aku serendah itu karena mencintai lelaki orang?” tanyaku. Mataku memburam. Aku paling benci dengan air mata yang selalu keluar saat aku marah. Air mata membuatku terlihat lemah. Dan aku selalu gagal mengendalikan air mataku, saat emosiku memuncak seperti ini. 

Alex mendekatkan wajahnya kepadaku, mengecup lembut mataku. Aku memejamkan mataku. Setetes air mata jatuh ke pipiku. Dan Alex menghapusnya dengan bibirnya. Bibirnya bergerak perlahan, dari kelopak mataku, merayap ke pipiku, dan kemudian meraih bibirku. Darahku berdesir. Seluruh tubuhku terasa menghangat, saat dia mengulum lembut bibirku. Tubuhku yang hanya mampu merespon pada sentuhan pria ini, melonjak2 inginkan lebih. Aku membalas ciumannya. Melumat bibirnya sampai habis manisnya di dalam mulutku. Tapi rasa manis di bibirnya, tak hilang-hilang. 

Ketika akhirnya Alex melepaskan ciumannya dan menatapku, dan aku menatapnya, tak diperlukan lagi kata-kata untuk menjelaskan apapun yang ada di antara kami berdua. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

CACAT HUKUM (14).

“Pernikahan Alex dan Yunita itu cacat hukum, Kanna,” kata Dimas padaku. Sementara tangannya sibuk memisahkan berkas2 yang ada di hadapannya. “Aku sudah mengatakannya dari dulu kepadamu, bukan?” tanyanya lagi. “Jika kau benar2 sudah membulatkan tekadmu untuk tetap maju, lakukanlah apa yang sudah kusarankan padamu sejak 5 tahun yang lalu…” 

Dimas adalah teman kuliahku dulu. Kami bertemu di organisasi kemahasiswaan Seni Budaya. Dimas juga aktif di kelompok Mapala. Dia anak fakultas hukum, sedangkan aku anak ekonomi. Dia dulu ada hati padaku, sedangkan hatiku ada pada Alex. Saat ini dia mengambil profesi sebagai notaris, dan kami cukup sering bertemu untuk urusan bisnis. Dua tahun yang lalu dia menikahi seorang perempuan yang dia temui dalam pendakiannya ke gunung Semeru. 

“Perempuan itu menawarkan opsi untukmu menjadi istri ke-2 dari suaminya, tanpa menyadari posisinya sendiri yang tidak sah sebagai istri Alex di mata hukum Islam,” lanjut Dimas. Aku diam mendengarkan. “Kau sudah tau kan hal ini, Kanna, bahwa secara Islam, seorang laki2 dilarang menikahi seorang perempuan yang sedang hamil?” 

“Alex tinggal ajukan permohonan pembatalan pernikahan ke kantor urusan agama, disertai dengan bukti bahwa Yunita saat itu sedang dalam keadaan hamil, dan anak di dalam kandungannya bukan anak Alex,” kata Dimas padaku. “Mintalah agar Alex untuk segera mengurus hal ini. Sebab sebenarnya Alex telah melakukan pelanggaran berat dalam hal ini, yaitu mengaburkan tali nasab. Apa kau mengerti, Kanna? Implikasinya sangat besar terhadap hak waris nantinya. Sebagai muslim, seharusnya Alex tidak boleh melakukan kesalahan besar ini dengan alasan apapun!” 

Aku diam mendengarkan. Mempertimbangkan semua kata-kata Dimas. Dan menyadari, ini satu-satunya jalan yang bisa kutempuh, untuk mengambil kembali Alex-ku. 

“Lalu bagaimana dengan Bella?” tanyaku.

“Bella otomatis akan menjadi anak di luar nikah, yang hanya mencantumkan nama Yunita sebagai ibunya, dan dia akan kehilangan semua hak waris atas harta warisan ayah biologisnya. Serta tidak pula menjadi pewaris Alex,” kata Dimas, menutup pembicaraan. 

Aku tercenung. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

CALON BAYIMU (15).

“Kau pergi menemui Kanna, dan menamparnya?” tanyaku pada Yunita, ketika kami berdua.

Dia diam sejenak, kemudian menjawabku, “Maafkan aku, Alex. Saat itu aku tak bisa menahan emosiku menatap wajahnya…” Aku mendengus, membuang nafas kesal. “Itu spontan, Alex. Awalnya aku ke sana, ingin bicara baik-baik padanya… Memberitahukan padanya bahwa aku tidak keberatan dengan hubungannya denganmu, asalkan dia bisa memintamu untuk tidak menceraikanku, demi Bella…” Yunita menundukkan wajahnya, dan mengusap ujung matanya perlahan. Dia menangis (?). 

“Aku akan bercerai denganmu,” kataku. 

Yunita menatapku. Matanya memerah. “Kau tak bisa melakukan itu padaku, Alex. Alanagkah teganya kamu. Aku salah apa padamu? Selama ini aku berusaha menajdi istri yang baik bagimu…” 

Aku menghela nafas, “Maafkan aku, Yunita, tapi kau tau, aku memang tak pernah mencintaimu. Satu2nya alasanku menikahimu adalah karena Tio memintaku menjaga calon bayinya waktu itu. Dia memohon padaku, di ujung ajalnya, untuk anaknya yang ada di dalam rahimmu… Dan aku memenuhi keinginan terakhirnya dengan membunuh perasaanku sendiri, dan mengorbankan Kanna…” 

“Ini tidak adil bagiku, Alex. Aku adalah istri yang sah. Dan aku menolak untuk diceraikan tanpa kesalahan apapun. Pernikahan kita baik2 saja, tanpa pertengkaran, tanpa pertentangan. Aku mengijinkanmu untuk berselingkuh dengan Kanna. Bahkan jika kau ingin memperistrinya juga pun, aku setuju. Tapi mengapa kau bersikeras mau bercerai?” tanya Yunita Sari. Nada suaranya meninggi. 

“Karena Kanna tidak layak ditempatkan pada posisi selingkuhan, Ta. Dan aku tak akan menempatkan dirinya di posisi itu,” ucapku tegas. “Dia bukan selingkuhan, dan aku tak akan menikahinya sebagai istri ke-2. Aku tak akan mampu bersikap adil padamu dan padanya. Kanna itu bukan perempuan murahan. Kanna itu perempuan yang baik.”

“Bukan perempuan murahan? Lalu kenapa sekarang dia datang merebut suamiku? Perempuan baik? Perempuan baik seperti apa yang mengaborsi anaknya sendiri?” tanya Yunita, setengah berteriak. Dia mulai histeris.

Aku tersentak. “Apa katamu?” tanyaku padanya. Apa aku salah dengar? “Apa yang barusan kau katakan, Nita?” 

Yunita mengatupkan bibirnya, bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan pergi sambil membanting pintu. Aku terdiam. Mencoba mencerna kata-katanya. Kanna, mengaborsi calon bayinya??

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

ANAK KITA (16).

“Jika dia sebaik yang kau pikir, tak akan dia mengaborsi anak dalam kandungannya!” kata2 Yunita tak hilang di dalam kepalaku. Setelah itu dia bungkam, menolak bicara. Mendiamkanku.

Bagaimana caranya aku memulai pembicaraan tentang ini pada Kanna? Apakah kau mengandung bayiku, lalu mengaborsinya, karena aku waktu itu menikah dengan Yunita Sari? Mengapa tak kau ceritakan padaku tentang semua ini? Mengapa kau bungkam? 

Jika saja aku tau, tentu aku tak akan menikahi…… Aku terdiam. Benarkah, jika aku tau, aku tak akan menikahi Yunita Sari? Dan tega melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana dia mencoba membunuh anak Tio di dalam rahimnya bersama dengan dirinya sendiri? Hampir seminggu dia diopname karena upaya percobaan bunuh diri. Jika saat itu Kanna datang padaku dengan pengakuan ini… Apa yang akan kulakukan? Aku menikah dengannya, dan membiarkan Bella mati di kandungan bersama ibunya? Atau aku menikahi ibunya demi anak Tio, dan memaksa Kanna untuk mempertahankan anak kami, dan membiarkan anak itu lahir dengan cap haram di keningnya? Adilkah perbuatanku terhadap anakku, jika jalan itu yang kupilih? 

Aku mengusap wajahku. Saat itu Kanna mengambil alih semua tanggung jawabku dan membuat keputusannya sendiri. Apakah aku harus menyalahkannya jika dia memilih melanjutkan hidup tanpa anak itu? Bukankah aku yang tak memberikannya pilihan lain?

Jika ada anak kita...

Bagaimana caranya aku bertanya tentang anak itu pada Kanna? Tanpa membuat Kanna terluka kembali??

Jika ada anak kita... Kanna...

Apakah namanya adalah Kalexia?

Jika ada anak kita... Umurnya akan sama dengan Bella... 

Di mana anak kita, Kanna??

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna
 HATI KANNA (17).

“Apakah Kalexia adalah nama anak kita, Kanna?” akhirnya pertanyaan itu kutanyakan saat Kanna datang ke kantorku hari ini, menyerahkan akta notaris yang telah selesai.

Kanna terlihat kaget sekali mendengar pertanyaanku. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan diam menatapku. Tidak menjawab pertanyaanku. Hening. Bisu. Sunyi.

“Yunita bilang padaku, kau mengaborsi janin di rahimmu... Benarkah, Kanna?” 

“Apa....” Kanna terbelalak. “Yunita tau darimana tentang Kalexia?” 

Aku menggeleng, “Aku tidak tau, Kanna. Tapi aku ingin tau, apa benar... Kalexia...?”

Kanna menarik nafas panjang. Lalu berkata, “Benar, Alex. Aku harus melakukannya untuk menjaga hati ibuku. Dia tak akan mampu menghadapi hujatan tetangga dan teman arisannya jika sampai anak perempuan satu2nya ternyata hamil di luar nikah... Juga ayahku. Seorang anak haram, lahir dari perempuan murahan, tak pernah bisa hidup di negri ini, Alex. Terlalu banyak yang harus kupertaruhkan untuk melahirkan dia,” Kanna menatapku. “Kalexia telah memberikan nyawanya untuk menyelamatkan Bella..”

Aku terhenyak di kursiku. 

“Ini bukan salahmu, Alex. Toh kita sudah memakai kondom untuk mencegah kehamilan. Ini adalah kecelakaan yang tidak kita harapkan bersama. Aku pun belum siap untuk menjadi seorang single mom yang dikutuk karena melakukan zinah...”

Kanna berdiri dari kursinya. “Aku tau kau marah padaku. Mungkin kau anggap aku ini perempuan setan yang jahat dan kejam karena memilih untuk aborsi. Maafkan aku, Alex. Tapi aku tak menyesali keputusanku. Aku tidak tau apa dia kelak akan jadi pengemis atau jadi presiden, tapi aku tau, aku tak akan bisa memberikannya cinta yang cukup, saat aku sendiri tak memiliki cintamu...”

Kanna berjalan keluar dari ruanganku. Meninggalkan aku sendiri, yang masih mencoba berdamai dengan hatiku.

Hati Kanna, terbuat dari apakah??

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

EMAK (18).

“Apakah Emak menemui Yunita Sari waktu itu?” tanyaku. Hari Minggu ini memang sengaja aku datang mengunjungi Emak di rumah. 

“Kenapa kau tanyakan itu, Kanna?” Emak balik bertanya.

“Karena Yunita tau soal aborsi yang kulakukan.”

Emak berdiri, membereskan semua piring2 di meja makan, menghindari tatapan mataku.

“Mak?” Aku mengejar. “Tidak ada yang tau soal ini, kecuali aku, Mak dan Bapak,” lanjutku. “Bahkan tidak juga Alex.”

Emak meraih kursi di depanku. Menarik nafas sebelum akhirnya mengangguk. “Iya, Kanna. Mak datang menemui Yunita. Memintanya membatalkan pernikahannya dengan Alex. Karena Mak tidak ingin kau mengaborsi janin di perutmu...”

Air mataku jatuh. Perasaanku campur aduk. Marah dan juga sedih menjadi satu. 

“Sebulan setelah menjalani aborsi, kau seperti mati, Kanna. Emak tau bagaimana rasanya, bagaimana hancurnya dirimu saat itu. Karena Emak pernah keguguran sewaktu hamil kakak perempuanmu, Emak tau benar bagaimana rasanya...”

Aku diam. Membuang pandang. Tak ingin lagi mengingat masa itu. Tak mau lagi mengingatnya. 

“Maafkan ya, Kanna. Emak hanya berusaha melakukan apa yang Emak bisa... Tapi memintamu mempertahankan janinmu juga bukan pilihan yang tepat saat itu...”

Aku mengatupkan bibirku. Jadi waktu itu Yunita tau tentang kehamilanku, dan memilih menyelamatkan dirinya sendiri. Lalu sekarang, menggunakan kenyataan itu untuk menyalahkanku di depan Alex. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

KUTUNGGU MAAFMU (19).

Jangan bodoh Kanna. Jangan meninggalkan Alex (lagi) karena ego dan kesombongan diri, karena kau mencari pria yang sempurna, padahal kau sendiri pun tak sempurna. 

Yunita tak berhak dan tak pantas mendapatkan Alex. Sejak awal Alex hanya mencintaimu. Dia menikahi Yunita untuk menyelamatkan anak Tio.

Jika kau ingin hidup bahagia bersama cintamu, sampai akhir hidupmu, maka hiduplah dengan realiatis. Tak perlu mencari pangeran berkuda putih yang sempurna, nanti yang datang malahan Jendral Kardus.

Aku membatin, berdialog dengan diriku sendiri. Berdiskusi. Beradu argumentasi. 

Sekarang Alex sudah tau soal Kalexia. Sekarang kami berdua, punya luka yang sama. Bagaimana cara Alex menghadapi lukanya, aku hanya bisa menunggu keputusannya. 

Aku menggenggam takdir di tanganku. Akankah garis takdir ini kembali terlepas dari tanganku (lagi), atau kali ini dia akan pulang hanya untukku?

Aku tak perlu pria yang sempurna. Karena aku pun jauh dari sempurna. Aku tak perlu pria sempurna untuk bahagia. Aku hanya perlu Alex. Dia dan kebodohannya. Dia dan kebaikan hatinya. Dia dan kesalahan2nya. 

Aku memaafkannya. Dan kini aku menunggunya memaafkanku. Memaafkan kemarahanku dan rasa kecewaku waktu itu. Memaafkan egoku yang setinggi langit, sehingga sepatah kata pun tak bicara padanya tentang Kalexia.

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

CANGKANG KERANG (20).

Di tengah kampus kami (dulu), ada sebuah danau kecil. Pohon2 tumbuh rimbun di sekelilingnya. Bangku2 panjang ditaroh di sepanjang tepian kolam dan di bawah pohon2.

Aku membawa secangkir kopi yang kupesan di kafe depan kampus dan berjalan ke tepi kolam. Kenangan waktu masih kuliah di tempat ini memberikanku kehangatan dan ketenangan yang kubutuhkan saat ini.

Pandangan mataku berhenti pada sebuah sosok yang sedang duduk diam di salah satu bangku di sana. Kanna?? Ah. Kebetulankah? Ataukah ini adalah takdir? Mengapa dia juga datang ke tempat ini pada hari ini?

Perlahan aku berjalan ke arahnya, dan duduk di sampingnya diam-diam. Kanna menoleh dan sedikit kaget. 

“Alex?”

“Kanna. Kamu juga ke sini?” sapaku. 

Kanna mengangguk. 

“Kamu baik-baik saja, Kanna?” Akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kanna tidak menjawab. “Maafkan aku soal Kalexia, Kanna, aku tidak tau...” Mata Kanna memburam. “Aku tidak menyalahkanmu, Kanna. Maafkan aku membiarkanmu menanggungnya sendiri selama 5 tahun ini...”

Air matanya jatuh. Berderai. Kanna menangis. Isaknya tak lagi ditahannya. Kurengkuh tubuhnya dalam pelukanku. Tangisnya meledak. 

Terbuat dari apakah hatimu, Kanna? Seperti kerang mutiara yang bercangkang keras di luar, tapi tak berdaya saat ada sebutir pasir yang masuk ke dalam cangkangnya...

Luka itu tersimpan begitu rapi di balik cangkangnya. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

CINCIN YANG TERBUANG (21).

Kuhabiskan siang di tepi kolam bersama Alex. Hari yang ajaib, menurutku. Bagaimana mungkin Alex tiba2 ada di sini saat ini?? Padahal sudah hampir setahun aku tak pernah lagi datang ke tempat ini.

Sore beranjak ketika kami meninggalkan tempat itu. Mencari resto untuk makan malam. Restoran steak di tengah kota menjadi pilihan kami berdua. Menggunakan mobil masing2, kami tiba di tempat itu. Alex menunggu di dalam mobilnya. Melangkah keluar setelah mobilku terparkir dengan jarak beberapa mobil dari mobilnya.

Restonya penuh. Untung masih ada meja untuk berdua yang terletak di sudut ruangan. Kami memesan menu masing2 dan menunggu.

“Lima tahun lalu kau menghilang dan aku tak berani mencarimu. Kutau kau membenciku begitu sangat. Dan aku mencoba hidup dengan pilihanku itu,” Alex membuka suara. Aku mengaduk2 minumanku. “Aku mengira kau tak akan sudi lagi menatap wajahku,” lanjutnya. 

“Lima tahun ini aku menjalani hidupku, Kanna, sebagai hukumanku karena telah menyakiti hatimu. Tak pernah kubayangkan kau akan bisa memaafkanku. Karena itu, aku tak berani mencari tau tentangmu. Sebab aku tak ingin kau usir seperti seekor anjing... seperti dulu...” Mata Alex mengabut.

Aku terdiam. Teringat pertemuan terakhir kami, lima tahun yang lalu, saat kulemparkan cincin pemberiannya ke hadapannya, sebelum dia masuk ke dalam mobilnya. Saat itu dia berhenti melangkah. Menatap cincin di depan kakinya, kemudian mengambilnya, dan berlalu.

Perpisahan yang penuh amarah dan kebencian..

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

PERNIKAHAN TANPA CINTA (22).

“Aku akan mengurus perceraian kita, Yunita,” akhirnya terucap juga kalimat itu dari mulutku.

“Alasannya apa, Alex? Tidak semudah itu kau bisa menceraikan seorang istri tanpa alasan,” tukas Yunita kesal.

Aku menatapnya. “Aku sudah bicarakan hal ini dengan Kanna. Pernikahan kita tidak sah sejak awal, karena waktu kita menikah, kau sedang hamil Bella, anak Tio. Aku bisa mengurus pembatalan pernikahan kita di KUA dengan beberapa saksi dan bukti.”

Bibir Yunita bergetar, “Teganya kau padaku, Alex...”

“Maafkan aku. Tapi aku tak ingin lagi melanjutkan pernikahan ini, Ta. Aku tak ingin seumur hidup terikat dalam pernikahan tanpa cinta ini. Kamu pun, tak akan bahagia...”

“Tapi aku bahagia menjadi istrimu, Alex.” 

Aku diam.

“Apa yang harus kukatakan pada Bella?” tanyanya. 

“Tentang Bella, jika kau tidak keberatan, aku dan Kanna bersedia mengangkatnya menjadi anak kami. Kau bisa memilih meninggalkannya di sini bersama kami, atau kau akan membawanya pergi bersamamu. Aku akan memberikan padanya apa yang menjadi hak-nya sebagai anak Tio,” kataku.

“Ah. Kau sudah merencanakan semua ini dengan pelakor itu. Sudah berpikir begitu jauh. Bahkan berniat merampas anakku dariku?” sergahnya dengan marah.

“Tidak begitu, Ta. Terserah padamu, apakah kau akan membawa Bella, ataukah meninggalkannya bersama kami... Tapi aku akan tetap memenuhi hak Bella sebagai anak dari Tio..”

Yunita menatapku dengan geram. Bibirnya bergetar. Tapi dia tak mengucapkan sepatah katapun..

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

ALEX DI MATA YUNITASARI (23).

Aku berpacaran dengan Tio sudah cukup lama, sampai suatu hari Tio membawaku ke rumah dan mengenalkanku dengan keluarganya. Disanalah aku mengenal Alex. 

Beberapa kali weekend bertemu dengannya di rumah Tio. Aku mulai mengenal kepribadiannya. Berbeda dengan Tio yang kasar dan otoriter, Alex lebih kalem dan lebih lembut. Beberapa kali saat Tio berteriak kepadaku, Alex datang menolongku dan membantu meredakan emosi Tio.

Jika saat itu aku bukan pacar Tio, mungkin aku akan memilih Alex untuk kujadikan suamiku. Sayangnya, Alex sudah punya pacar, seorang perempuan bernama Kanna, dan dia tak tertarik padaku. Aku pernah bertemu dengan pacar Alex. Sifatnya keras dan kasar. Sok dan semaunya. Alex lebih banyak nurut kalau bersamanya. Kukira, Alex tak akan bahagia jika dia bersama perempuan itu kelak.

Ketika Tio meninggal, dan aku dalam keadaan hamil, aku tak ingin lagi melanjutkan hidup dengan aib ini. Sungguh, aku tak ingin hidup lagi. Sampai kemudian ibunda Tio datang dan berkata, agar aku tak memgambil jalan pintas, karena Alex bersedia menikahiku menggantikan Tio. 

Lima tahun lalu... Aku anggap ini adalah takdir dan rencana Tuhan. Menjauhkan Tio dariku, memberikan Alex padaku, dan menjauhkan Kanna dari sisi Alex. 

Aku akan menjadi istri yang lebih baik bagi Alex. Penurut, penyayang, dan menghormatinya sebagai suami. Dan aku memenuhi janjiku selama 5 tahun ini. Menjadi istri yang baik.

Alex berkata dia tak pernah mencintaiku. Tapi toh selama pernikahan, sikapnya baik padaku. Dia pun tak pernah “berselingkuh”. Dia menjaga martabatnya dengan baik sebagai seorang suami dan ayah bagi Bella. Aku semakin mencintai dan menghormatinya karena itu. 

Tapi sekarang, tanpa sengaja dia dipertemukan kembali dengan Kanna. Dan sekarang dia tahu bahwa Kanna masih memiliki cinta untuknya. Hatinya yang dulu telah mati dikubur, kini menggeliat ingin kembali lagi kepada Kanna. 

Dengan cara menceraikanku...

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

BELLA (24).

Sidang perceraian pertama digelar tanpa kehadiranku. Begitu juga sidang kedua. Aku menolak untuk hadir. Untuk apa lagi aku hadir? Aku tak punya kekuatan apapun untuk membela diri. 

Alex sudah yakin dengan keputusannya untuk bercerai. Dan pernikahan kami sejak awal memang sudah tidak sah. Aku tau itu. Aku pernah ingin memintanya agar mau menikah ulang denganku, tapi aku tak yakin dia mau melakukannya... Dia memang tak pernah mencintaiku.

Aku memeluk Bella yang berbaring di sampingku. Alex sedang keluar kota, meresmikan cabang kantor baru di sana. 

“Mama menangis?” tanya Bella, mengusap air mataku. Umurnya 5 tahun. Sudah sekolah TK besar. Sudah pandai menyanyi dan bercerita. Menggambar dan menulis abjad. Aku menatapnya. Anak ini, anak yang cerdas. Dan dia menatapku dengan bola mata milik Tio. 

“Papa akan pergi meninggalkan Mama, Bella. Papa akan kawin lagi dengan tante Kanna, dan pergi meninggalkan Mama. Bella nanti mau ikut siapa? Ikut Papa? Atau ikut Mama?” tanyaku sambil memeluknya.

“Bella mau tetap bersama Papa dan Mama!!!” kata Bella. Keras. Tegas.

“Apakah Bella sayang sama Mama?”

“Iya, Mama. Bella sayanggggg sama Mama,” jawabnya sambil mencium kedua pipiku, bolak balik. “Mama jangan nangis lagi,” lanjutnya. 

“Tapi Papa tak sayang Mama, Bella. Papa sayang sama tante Kanna...” Aku membalas mencium kedua pipinya. Bolak balik. Berkali-kali. “Papamu sayangnya sama Tante Kanna,” Aku mengulang kalimat itu dalam gumam. Dengan rasa luka yang dalam. Rasa kebas yang entah. 

Papamu tak pernah mencintai Mamamu ini, Bella. Yang dia cinta, hanya Kanna...

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

RUMAH SAKIT (25).

Besok hari sidang ke-3. Keputusan perceraian mungkin akan diumumkan pada hari itu, ketika malamnya, teleponku berbunyi, dari Alex.

“Kanna! Kanna!! Sekarang aku di Rumah Sakit X. Yunita dalam keadaan kritis...” Suara Alex berteriak di telingaku.

Seharusnya Alex pulang besok pagi, untuk menghadiri sidang. Tapi sekarang dia ada di Rumah Sakit. Aku terdiam membeku.

Aku ingat bagaimana Yunita pernah ada di Rumah Sakit juga, lima tahun yang lalu. Saat dia kehilangan Tio. Tapi waktu itu, nyawanya dapat diselamatkan. Hari ini... Apakah dia kembali akan melakukan cara yang sama, untuk mempertahankan Alex di sisinya?

Aku mengganti pakaianku. Memoleskan sedikit lipstik di bibirku, dan menyapukan sedikit bedak di wajahku. Aku tau apa yang akan terjadi jika aku muncul di sana saat ini. Cap pelakor dan perusak rumah tangga orang, pasti akan kudapatkan, tepat menampar di wajahku. 

Tapi Alex membutuhkanku saat ini. Dan aku harus pergi ke sana. Tak mungkin aku membiarkan Alex menghadapi drama yang dibuat Yunita lagi. Tak mungkin aku membiarkannya lemah lagi dan kemudian memilih batal bercerai karena acting Yunita hari ini. Aku akan pergi.

Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Mencari kamar Yunita, seperti yang sudah diberitahukan oleh Alex padaku. Langkahku terhenti di depan pintu kamarnya...

Jerit tangis meledak di sana. Dan seorang anak perempuan berumur lima tahun, meraung memanggil sesosok tubuh yang ditutup sampai ke wajahnya.

Yunita meninggal... 

Aku membeku di depan pintu, saat Alex menoleh dan menyadari kehadiranku.

“Kanna...” Alex menghampiriku. 

Anak perempuan itu, Bella, ikut menoleh menatapku. Tatapan matanya menghujam di hatiku. 

“Tante Kanna. Yang mengambil Papaku dari Mamaku. Yang membunuh Mamaku!!! Kembalikan Mamakuuuuu!!” Anak itu menjerit ke arahku. Aku melangkah mundur. Tak mampu menatap matanya.

Kanna, apa kau bahagia sekarang??

Ah...

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

HATI KANNA (EDISI LEPAS).

Semua tokoh cerita TaLun adalah tokoh perempuan
hebat yang keren. Sebut aja, Angela, Luna, Karin, Sonya, Giselle. 
Tokoh terakhir ini Kanna. 

Tokoh Kanna berbeda dengan perempuan2 sebelumnya. Yang hidup hanya untuk bisa disebut keren. Kanna ini perempuan egois yang memilih menjadi bodoh karena mengikuti kata hatinya. Termasuk tetap mencintai mantan kekasihnya yang sudah menikah. Dia tak ingin menjadi keren. Untuk apa keren tapi tidak bahagia?? 

Bahagia setiap orang itu berbeda. Dan dengan semua keegoisannya, Kanna bahagia jika dia mampu menang bersaing dengan Yunita Sari mendapatkan Alex. 

Tapi ternyata Yunita memilih mati bunuh diri. Dan semua cerita berubah. Yunita meninggalkan seorang anak yang akan menjadi tanggung jawab Kanna jika dia tetap keukeuh menikah dengan Alex. Anak yang akan membencinya dengan sepenuh hati dan (dikhawatirkan) akan melakukan apapun untuk memastikan kehidupan Kanna sesengsara mungkin.

Dan lagi2, dengan keegoisannya, Kanna tak ingin menjadi tumbal. Dia bukan sosok perempuan penuh cinta penuh kasih penuh kesabaran yang akan terus menerus mencintai seorang anak yang membencinya setengah mati sambil berdoa tahajud setiap malam agar Allah memberikan hidayah pada anak itu agar bisa berbalik dan mencintainya seperti mencintai ibu kandungnya. Tidak. Kanna tidak seperti itu. 

#HatiKanna
#Cerber
#KannaGalau
#TaniaLuna

KITTY (EDISI LEPAS).

Rumah ini sedang jadi rumah duka. Sedari siang nona Bella ku menangis terus. Sesekali dia tertidur lalu mengigau memanggil mamanya, terbangun dan menangis lagi...

Silih berganti sanak keluarga membujuknya, tapi aku tidak mengerti mengapa dia berteriak mengusir saat tuan Alex papanya ingin menghampiri. Padahal biasanya tuan yang paling bisa menenangkannya.

"Kitty...." nona Bella mengulurkan tangannya, aku mendekat saja, membiarkan dia membelai tubuhku. Aku terlatih tidak boleh melompat naik ke ranjang tidur. Bella mulai menangis lagi.

"Kitty, sebelum mati mama bilang papa lebih mencintai tante Kanna... Karena itu Mama memilih pergi selamanya tak ingin lagi bersamaku...” airmatanya jatuh mengenai telingaku.

Aku akan selalu bersamamu, Bella, tapi aku hanya seekor kucing. Maafkan aku Bella... Maafkan aku yang sering melihat papa Alex gundah menatap foto tante Kanna di hp-nya namun aku tidak bisa mengalihkan pandangannya. Cinta papamu pada kekasih masa lalunya terlalu dalam. Tapi aku yakin dia sungguh mencintaimu seperti anak kandungnya sendiri. 

Maafkan aku yang tidak kuasa menghibur Yunita mamamu, bahkan di saat terakhirnya aku mengeong sekeras suaraku bisa, mencakar, tapi dia tak bergeming.

Entahlah tentang tante Kanna, tadi kulihat dia duduk sebentar di luar sendiri, menerima pandangan sinis pelayat lain. Tapi aku tidak tega mencakarnya...

Aku akan mencintaimu Bella, tapi aku hanya seekor kucing...

~Ditulis oleh Maria M Lapian, dengan sedikit editing dari #TaniaLuna
#HatiKanna
#Cerber

PILIHAN KANNA (26).

Sudah sebulan sejak kematian Yunita. Perceraian Alex dan Yunita pun sudah disahkan oleh pengadilan. Perceraian yang sudah tidak diperlukan lagi sebenarnya. Perceraian yang akhirnya menambah masalah baru: Bella. 

Sekarang status Bella menjadi tidak jelas. Ibunya meninggal. Ayah biologisnya meninggal. Alex bukan lagi ayahnya. Untuk mengangkat Bella menjadi anaknya, Alex harus mengajukan lagi permohonan ke pengadilan. Tetapi pengadilan akan sangat sulit mengijinkan Alex mengadopsi Bella dengan status lajang.

Sedang menikah dengan Alex saat ini, jelas bukan hal yang membahagiakan bagiku. Terlalu kejam label yang disandangkan oleh manusia2 maha suci di atas keningku. Pelakor, yang menyiksa istri sah sampai memilih bunuh diri, dan membuat seorang anak kehilangan ibunya. 

Dan aku, bukan perempuan yang beriman dan soleha, yang akan diam2 menelan semua caci maki ini, menjadi ibu tiri yang baik hati, yang menyampaikan semua luka dan duka kepada yang Maha Kuasa dalam doa2 tahajud setiap malam. Bukan. 

Hidup ini pilihan. Dan aku tak ingin memilih hidup dalam tatapan penuh kebencian dari orang2 yang merasa paling suci dan paling benar. Aku pun tak ingin mengurusi seorang anak yang begitu membenciku karena dianggap membunuh ibunya. 

Aku tidak membenci Bella. Tapi aku pun tak cukup punya hati untuk bisa mencintai dan mengurusi anak orang yang punya masalah psikologis seperti itu. 

Sementara ini, aku memilih menikmati hari-hariku sebagai lajang yang bahagia. Tak ingin melibatkan diri dengan masalah2 yang tidak perlu. 

Cintaku? Ya, cintaku tetap pada Alex. Dan cinta Alex pun tetap untukku. Maaf jika aku menolak untuk hidup dalam penyesalan tanpa akhir, karena dicap pelakor olehmu. Silakan kau percaya pada karma versimu. Aku memilih bahagia dengan jalan yang kupilih.

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

CURHAT KANNA (27).

“Apa ini yang kau mau Kanna, seorang perempuan, seorang ibu, sampai mati bunuh diri karena kelakuanmu yang tidak mampu mup on?" 

Lah. Aku mana tau kalau dia akan selemah itu? Mana aku tau kalau dia akan sejahat itu? Memilih mati meninggalkan anaknya tanpa ibu, dan berharap aku menjadi ibu bagi anaknya, dan kemudian menjalani seluruh sisa hidupku dalam kebencian seorang anak yang seharusnya kuasuh seperti anak kandungku sendiri??

Apa ini yang kumau? Tidak. Yang aku mau adalah si Yunita melepaskan Alex-ku. Sejak awal Alex bukan miliknya. Sejak awal Alex hanya mencintaiku. Aku pun berhak bahagia. ALex juga berhak bahagia. 

Jika kemudian Yunita memilih untuk menyiksaku dengan jalan seperti yang sudah dia ambil, itu jelas di luar kekuasaanku. Dan itu bukan kesalahanku. 

Kami hanya dua orang perempuan yang sama2 egois dan sama2 ingin bahagia. 

"Apakah kau tak bisa mencari bahagiamu dari pria lajang yang lain?" 

Tidak. Aku bukan hanya mencari bahagiaku. Tapi aku juga menginginkan kebahagiaan Alex, dan kebahagiaan Alex adalah bersamaku. Aku tak akan menjalani pernikahan yang sama dengan yang dijalani oleh Alex, menikahi pria yang tak kucintai dan kemudian tak bahagia. Tidak. Cukup Alex saja yang melakukan kesalahan bodoh itu. 

Bukan Kanna. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

CORGY (EDISI LEPAS)
Ditulis oleh 
Maria M Lapian.

Namaku Corgy, seperti nama jenis anjing kesayangan Ratu Elizabeth di negara asalku, walau wujudku anjing poodle.

Bella pemilikku memberi nama Corgy karena awalnya dia minta seekor anjing corgy untuk hadiah ulang tahun kelimanya, tapi papa mamanya bilang Bella belum mampu bertanggung jawab atas seekor anjing, apalagi dia sudah ada Kitty seekor kucing.
Hampir setahun yang lalu Alex papa Bella membeliku di toko souvenir bandara Heathrow London. Pada kasir ketika membayar dia bilang bahwa aku untuk hadiah ulang tahun putri kesayangannya. Aku lihat Alex laki-laki yang baik, tidak seperti papa lain yang meminta ide hadiah pada pelayan toko lalu langsung mengiyakan saja pilihan yang diberi. Alex mencari sendiri, memilih sendiri, bahkan detail memeriksa jahitan dan penyusunku. Aku bisa merasakan Alex peduli dan sayang pada anaknya.

Singkat cerita aku jadi boneka kesayangan 
Bella. Selalu aku dibawa kemana saja, walau kadang aku hanya menunggu di mobil bersama sopir. Setiap siang Yunita mama Bella membawaku menjemput Bella dari sekolahnya, dan tiap malam dia menyelimuti kami.

Sampai sebulan yang lalu, semua berubah.
Yunita bunuh diri. Seorang wanita bernama Kanna disebut sebagai penyebabnya. 
Bella jadi bertemperamen tak terduga. Dia sering menghempas aku ke dinding atau bahkan ke lantai lalu menginjakku dengan penuh kebencian.

"Papa jahat! Kenapa papa cinta tante Kanna?!? Bella benci papa!" teriaknya seperti kesetanan. Tubuhku sekarang kotor karena sering diinjak Bella, jahitan tanganku mulai renggang.

Tetapi terkadang di tengah malam Bella bangun, turun dari ranjangnya, meraih dan memeluk aku, lalu tiduran di lantai sambil membelai Kitty. Airmatanya mengalir "Aku tidak ingin kehilangan papa juga..."

Labilnya Bella. Dia seperti pecah tak berdaya.
Bella tidak tahu, saat subuh Alex selalu masuk ke kamarnya, mengangkat dari lantai ke ranjang lalu menyelimuti dengan kasih sayang yang sama seperti dilakukan Yunita.

Aku tidak mengapa hancur menjadi sasaran kebencian Bella, tapi tentu saja aku berharap bisa tetap menjadi bukti yang disimpan Bella tentang kasih sayang papanya, juga kenangan manis mamanya. 

..........................................

Masih dituliskan dengan ide tokoh dari cerbung "Hati Kanna" karya Tania Luna

DEMI BELLA (28).

“Menikahlah denganku,” akhirnya Alex mengucapkan kata2 itu padaku.

Aku terdiam.

“Aku sangat ingin menikah denganmu, Alex. Tapi aku merasa, saat ini bukan waktu yang tepat bagi kita untuk menikah. Aku tak bisa hidup bersama kebencian di mata Bella kepadaku,” akhirnya kuucapkan juga isi pikiranku.

“Aku tak membenci Bella, Alex. Tapi menikah denganmu hanya akan memberikannya bukti bahwa aku telah merebutmu dari ibunya dan membuat ibunya bunuh diri, meninggalkannya.”

Alex menghela nafas panjang. 

“Tidak semua cinta harus bersatu dalam pernikahan. Dulu aku tak bisa menerima kata-kata ini. Tapi saat ini, aku menyadari kebenarannya. Aku tak akan menikah denganmu, demi Bella. Demi Bella, Alex. Sebab jika aku mengikuti egoku dan tetap menikah denganmu, dan menjadi ibu tiri Bella, Bella akan benar2 hancur. Psikologisnya akan terganggu. Dan dia akan hidup dalam kebenciannya padaku, dan akan membencimu juga.”

“Aku tak bisa menghancurkan Bella, dengan menikahimu. Aku tidak tega melakukannya. Aku tak akan mengalah untuk seorang Yunita, tapi... Aku memutuskan mengalah demi Bella.”

“Aku tak akan merebutmu dari Bella,” kataku akhirnya.

Ya, ini keputusanku. Meninggalkan Alex, demi kesembuhan jiwa Bella. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

TANTE KANNA (29).

Sore itu, sekitar 5 bulan setelah kematian Mama, tante Kanna datang ke rumah, bersama Papa. Papa bilang, tante Kanna ingin bicara denganku. 

Untuk apa? Aku mendengus. Untuk memberitahukan padaku bahwa dia akan menikah dengan Papaku? Untuk memberitahukan padaku bahwa dia akan menjadi ibu tiriku? Untuk memberitahukan padaku bahwa dia telah berhasil menguasai Papaku?

Aku meraih Kitty ke dalam pelukanku. Dan turun dengan bungkam. Sepatah kata pun tak akan kuucapkan di depannya. Biarlah aku menjadi si bisu tuli di hadapan perempuan setan itu. 

Aku duduk di hadapannya. Papa duduk di sebelahku. Tante Kanna tersenyum padaku, senyum penuh kejahatan. Sebentar lagi, dia akan mengumumkan kemenangannya. 

"Bella... Ada beberapa hal yang ingin tante Kanna katakan pada Bella, dan mungkin Bella tidak akan mengerti itu sekarang. Tapi Tante Kanna ingin bilang, Tante tidak akan mengambil Papa Bella. Jadi Bella... Tidak perlu membenci Tante Kanna. Tante Kanna ikut menyesal dan minta maaf karena kematian Mama Bella, walaupun Tante tahu Bella tidak akan bisa memaafkan Tante," tante Kanna bicara sambil menatapku yang menatap ke Kitty. "Tapi Tante ingin bilang, jika tante Kanna yang jadi Mama Bella, apapun yang terjadi, Tante Kanna tak akan pernah memilih untuk pergi meninggalkan Bella sendirian di dunia ini..." 

Aku diam, tapi air mataku jatuh ke atas tubuh Kitty. Tante Kanna menepuk bahuku, lalu berdiri, "Tante akan pergi. Bella baik-baiklah sama Papa. Tolong jaga Papa baik-baik," katanya. 

"Papa antar tante Kanna pulang dulu," kata Papa sambil memelukku. 

Ketika aku tertinggal sendiri di ruang tamu itu, aku baru menyadari ada sebuah kantong yang tertinggal di samping tempat duduk tante Kanna tadi. Kubuka kantong itu. Ternyata isinya adalah makanan kucing. Untuk Kitty. 

THE END. 

#HatiKanna
#Cerber
#TaniaLuna

https://www.facebook.com/tania.limanto2