Senin, 13 Januari 2020





BAYU.
"Selamat Siang, Mbak," sebuah pesan dari nomor tidak dikenal, masuk ke WA-ku.
"Siapa, ya?" balasku.
"Saya dapat nomor Mbak dari Mas Bayu," sambungnya. "Saya ingin minta ijin, agar diijinkan untuk chat dan curhat dengan Mas Bayu, jika Mbak tidak keberatan."
"Hah?" Aku mendengus tanpa sadar. Perempuan ini waras?!
"Iya, Mbak. Mas Bayu menolak chat dengan saya dengan alasan takut Mbak Shintanya curiga dan berpikir macam2. Jadi saya pikir lebih baik dari awal saya terang2an saja minta ijin ke Mbak Shinta. Saya ini bukan janda, Mbak. Saya juga sudah bersuami, dan tidak ada niat sedikitpun untuk berselingkuh dengan pria lain, apalagi suami orang lain. Hanya saja, saya sangat kagum dengan kepribadian suami Mbak Shinta yang dewasa dan bijaksana. Sudah sering, saran dan pendapatnya, membuka pikiran saya yang buntu..." tambahnya panjang lebar.
Aku menghela nafas. Meneguk kopi pelan2. Menghabiskan separoh isinya, baru mengetikkan balasannya: "Silakan saja chatting sama suamiku, Mbak. Jika dia memang mau menerima curhatannya Mbak. Tapi biasanya jika dia sudah mengarahkan perempuan2 kayak Mbak kepada saya, itu artinya dia tidak berminat untuk menjadi tempat curhat perempuan lain yang bukan istrinya. Tapi jika Mbak masih ngotot, ya silakan, selama Mas Bayu meladeni. Mas Bayu itu bukan pria peliharaan saya yang harus mendapat ijin saya untuk berchatting ria dengan perempuan lain," tegasku.
Setelah menutup WA-ku, aku menatap Mas Bayu yang juga sedang ngopi di hadapanku. Aku mengambil HP-nya, membuka WA-nya, dan melihat nomor perempuan itu di sana. Puluhan chat ada di sana. Mas Bayu mengedipkan sebelah matanya padaku.
"Kali ini aku minta tas Hermes-nya Syahrini ya, Mas," kataku, santai. Dia mengangguk.
Salah satu keuntungan punya suami berparas tampan dan kalem adalah, dia tidak perlu bekerja keras untuk mencapai posisi puncak di karirnya. Cukup dekatin aja perempuan2 kaya yang kesepian, dan aku bisa mendapatkan banyak hadiah2 mewah dari suamiku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar